Raih Suksesmu , Tetap lah menjadi Pribadi yang baik untuk Semua orang yang menyayangimu ....!!!!

Raih Cita - Cita mu Setinggi mungkin Raih Suksesmu , Tetap lah menjadi Pribadi yang baik untuk Semua orang yang menyayangimu ....!!!!

Selasa, 27 November 2012

ALAT INDRA

 ALAT INDRA

ALAT INDRA MANUSIA, BAGIAN-BAGIAN DAN FUNGSINYA

Pengertian Alat Indra
Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit).

menguraikan fungsi dari bagian-bagian panca indra tersebut.

1. Indra Penglihat (Mata)

Mata terdiri dari otot mata, bola mata dan saraf mata serta alat tambahan mata yaitu alis, kelopak mata, dan bulu mata. Alat tambahan mata ini berfungsi melindungi mata dari gangguan lingkungan. Alis mata berfungsi untuk melindungi mata dari keringat, kelopak mata melindungi mata dari benturan dan bulu mata melindungi mata dari cahaya yang kuat, debu dan kotoran.


Fungsi bagian - bagian indra penglihatan adalah sebagai berikut :
a. Kornea mata berfungsi untuk menerima rangsang cahaya dan meneruskannya ke bagian mata yang lebih dalam.
b. Lensa mata berfungsi meneruskan dan memfokuskan cahaya agar bayangan benda jatuh ke lensa mata.
c. Iris berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata
d. Pupil berfungsi sebagai saluran masuknya cahaya.
e. Retina berfungsi untuk membentuk bayangan benda yang kemudian dikirim oleh oleh saraf mata ke otak
f. Otot mata berfungsi mengatur gerakan bola mata
g. Saraf mata berfungsi meneruskan rangsang cahaya dari retina ke otak

2. Indra Pendengar (Telinga)


Indra pendengar adalah telinga yang terdiri dari :
1). Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran
2). Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar ( martil, landasan dan sanggurdi) dan saluran eustachius.
3). Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea)

Fungsi bagian-bagian indra pendengar :
a. Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan mengumpulkan gelombang bunyi.
b. Gendang telinga berfungsi menerima rangsang bunyi dan meneruskannya ke bagian yang lebih dalam.
c. Tiga tulang pendengaran ( tulang martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi memperkuat getaran dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput.
d. Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah siput) berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tga saluran setengah lingkaran juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh.
e. Saluran eustachius menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar.

3. Indra Pembau (Hidung)

Fungsi bagian-bagian indra pembau :
a. Lubang hidung berfungsi untuk keluar masuknya udara
b. Rambut hidung berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ketika bernapas
c. Selaput lendir berfungsi tempat menempelnya kotoran dan sebagai indra pembau
d. Serabut saraf berfungsi mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara pernapasan
e. Saraf pembau berfungsi mengirimkan bau-bauan yang ke otak

4. Indra Pengecap (Lidah)

Bagian lidah yang berbintil-bintil disebut papila adalah ujung saraf pengecap. Setiap bintil-bintil saraf pengecap tersebut mempunyai kepekaan terhadap rasa tertentu berdasarkan letaknya pada lidah.
Pangkal lidah dapat mengecap rasa pahit, tepi lidah mengecap rasa asin dan asam serta ujung lidah dapat mengecap rasa manis.

5. Indra Peraba (Kulit)

Dengan kulit kita dapat merasakan sentuhan. Bagian indra peraba yang paling peka adalah ujung jari, telapak tangan, telapak kaki, bibir dan alat kemaluan.
Fungsi bagian-bagian kulit :
a. Kulit ari berfungsi mencegah masuknya bibit penyakit dan mencegah penguapan air dari dalam tubuh.
b. Kelenjar keringat berfungsi menghasilkan keringat
c. Lapisan lemak berfungsi menghangatkan tubuh
d. Otot penggerah rambut berfungsi mengatur gerakan rambut
e. Pembuluh darah berfungsi mengalirkan darah keseluruh tubuh.

Kamis, 15 November 2012

ALL ABOUT BIOLOGY ^.^

ALL ABOUT BIOLOGY

History

Ernst Haeckel's Tree of Life (1879)
The term biology is derived from the Greek word βίος, bios, "life" and the suffix -λογία, -logia, "study of." [4]The Latin form of the term first appeared in 1736 when Linnaeus (Carl von Linné) used biologi in his Bibliotheca botanica. It was used again in 1766 in a work entitled Philosophiae naturalis sive physicae: tomus III, continens geologian, biologian, phytologian generalis, by Michael Christoph Hanov, a disciple of Christian Wolff. The first German use, Biologie, was used in a 1771 translation of Linnaeus' work. In 1797, Theodor Georg Roose used the term in a book, Grundzüge der Lehre van der Lebenskraft, in the preface. Karl Friedrich Burdach used the term in 1800 in a more restricted sense of the study of human beings from a morphological, physiological and psychological perspective (Propädeutik zum Studien der gesammten Heilkunst). The term came into its modern usage with the six-volume treatise Biologie, oder Philosophie der lebenden Natur (1802–22) by Gottfried Reinhold Treviranus, who announced:[5]
The objects of our research will be the different forms and manifestations of life, the conditions and laws under which these phenomena occur, and the causes through which they have been effected. The science that concerns itself with these objects we will indicate by the name biology [Biologie] or the doctrine of life [Lebenslehre]. (1:4) Although biology in its modern form is a relatively recent development, sciences related to and included within it have been studied since ancient times. Natural philosophy was studied as early as the ancient civilizations of Mesopotamia, Egypt, the Indian subcontinent, and China. However, the origins of modern biology and its approach to the study of nature are most often traced back to ancient Greece.[6] While the formal study of medicine dates back to Hippocrates (ca. 460 BC – ca. 370 BC), it was Aristotle (384 BC – 322 BC) who contributed most extensively to the development of biology. Especially important are his History of Animals and other works where he showed naturalist leanings, and later more empirical works that focused on biological causation and the diversity of life. Aristotle's successor at the Lyceum, Theophrastus, wrote a series of books on botany that survived as the most important contribution of antiquity to the plant sciences, even into the Middle Ages.
Scholars of the medieval Islamic world who wrote on biology included al-Jahiz (781–869), Al-Dinawari (828–896), who wrote on botany,[7] and Rhazes (865–925) who wrote on anatomy and physiology. Medicine was especially well studied by Islamic scholars working in Greek philosopher traditions, while natural history drew heavily on Aristotelian thought, especially in upholding a fixed hierarchy of life.
Biology began to quickly develop and grow with Antony van Leeuwenhoek's dramatic improvement of the microscope. It was then that scholars discovered spermatozoa, bacteria, infusoria and the sheer strangeness and diversity of microscopic life. Investigations by Jan Swammerdam led to new interest in entomology and built the basic techniques of microscopic dissection and staining.[8]
Advances in microscopy also had a profound impact on biological thinking itself. In the early 19th century, a number of biologists pointed to the central importance of the cell. In 1838 and 1839, Schleiden and Schwann began promoting the ideas that (1) the basic unit of organisms is the cell and (2) that individual cells have all the characteristics of life, although they opposed the idea that (3) all cells come from the division of other cells. Thanks to the work of Robert Remak and Rudolf Virchow, however, by the 1860s most biologists accepted all three tenets of what came to be known as cell theory.[9]
Meanwhile, taxonomy and classification became a focus in the study of natural history. Carolus Linnaeus published a basic taxonomy for the natural world in 1735 (variations of which have been in use ever since), and in the 1750s introduced scientific names for all his species.[10] Georges-Louis Leclerc, Comte de Buffon, treated species as artificial categories and living forms as malleable—even suggesting the possibility of common descent. Though he was opposed to evolution, Buffon is a key figure in the history of evolutionary thought; his work influenced the evolutionary theories of both Lamarck and Darwin.[11]
Serious evolutionary thinking originated with the works of Jean-Baptiste Lamarck. However, it was the British naturalist Charles Darwin, combining the biogeographical approach of Humboldt, the uniformitarian geology of Lyell, Thomas Malthus's writings on population growth, and his own morphological expertise, that created a more successful evolutionary theory based on natural selection; similar reasoning and evidence led Alfred Russel Wallace to independently reach the same conclusions.[12]
The discovery of the physical representation of heredity came along with evolutionary principles and population genetics. In the 1940s and early 1950s, experiments pointed to DNA as the component of chromosomes that held genes. A focus on new model organisms such as viruses and bacteria, along with the discovery of the double helical structure of DNA in 1953, marked the transition to the era of molecular genetics. From the 1950s to present times, biology has been vastly extended in the molecular domain. The genetic code was cracked by Har Gobind Khorana, Robert W. Holley and Marshall Warren Nirenberg after DNA was understood to contain codons. Finally, the Human Genome Project was launched in 1990 with the goal of mapping the general human genome. This project was essentially completed in 2003,[13] with further analysis still being published. The Human Genome Project was the first step in a globalized effort to incorporate accumulated knowledge of biology into a functional, molecular definition of the human body and the bodies of other organisms.

Senin, 12 November 2012

6 Ciri-ciri orang sukses

Bila mengamati orang sukses di sekitar kita, maka ada hal menarik yang bisa kita buktikan bersama, yakni bahwa ternyata mereka memiliki ciri-ciri yang hampir sama. Saya mencoba merangkum ciri-ciri tersebut ke dalam 6 poin yang akan saya uraikan berikut ini. Tentu ciri-ciri tersebut tidak terbatas pada 6 poin itu, malah mungkin jauh lebih banyak dari itu. Namun, saya merasa bahwa 6 ciri inilah yang paling sentral dan dimiliki oleh hampir semua orang sukses.
  • Pandai mengelola waktu
Seperti yang pernah saya tulis dalam postingan Bangun Siang, semua orang sejatinya memiliki jumlah waktu yang sama dalam sehari, yakni 24 jam. Orang yang sukses sangat pandai mengelola waktu yang “sedikit” itu sehingga produktivitasnya demikian tinggi. Sebaliknya, “orang gagal” cenderung membuang-buang waktu sehingga tingkat produktivitasnya pun sangat rendah.
  • Senantiasa berpikir positif
Orang-orang sukses di sekitar saya terkenal memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghadapi berbagai macam persoalan. Saya rasa ini bukan masalah skill semata, melainkan juga karena mereka memiliki pola pikir yang positif dan optimis. Dengan memiliki pola pikir seperti itu, berbagai ide berupa solusi atas satu masalah bisa datang dengan derasnya. Sebaliknya, pikiran yang negatif dan pesimis akan membuat kita tidak melakukan apa-apa sehingga masalah pun tidak kunjung teratasi, bahkan semakin runyam.
  • Memiliki visi yang kuat
Orang sukses cenderung memiliki visi yang kuat dan senantiasa mengarahkan pandangan ke depan. Mereka tidak terlalu lama tenggelam dalam kejayaan yang pernah diraih dan kesalahan yang pernah dilakukan pada masa lampau. Visi yang kuat mendorong mereka untuk melakukan sesuatu, mengambil tindakan konkret untuk meraih mimpi-mimpi mereka.
  • Fleksibel
Sependek pengamatan saya, orang-orang sukses cenderung terbuka dengan berbagai perubahan, misalnya dalam hal kemajuan teknologi. Mereka tidak gagap ketika diharuskan menjalankan sistem baru. Mereka juga terbuka dengan berbagai alternatif yang tidak biasa. Sifat fleksibel ini membuat mereka mudah beradaptasi dalam kondisi apa pun.
  • Menjaga integritas
Karena memiliki visi yang kuat, maka orang sukses senantiasa menjaga integritas, sebab hal ini penting demi perkembangan usaha atau karier mereka dalam jangka panjang. Dalam berbisnis atau bekerja, mereka memang cerdik, namun tidak mau merusak integritas diri dengan berbuat licik. Menipu, bertindak curang, atau memanipulasi memang bisa mendatangkan keuntungan, namun sifatnya jangka pendek, sebab selanjutnya justru bisa menghancurkan diri sendiri. Hal-hal seperti ini sangat dihindari oleh orang sukses.
  • Supel
Salah satu kemampuan istimewa yang dimiliki oleh orang sukses adalah supel atau pandai bergaul. Karena itulah mereka disenangi oleh banyak orang sehingga kemudian bisa memiliki relasi yang luas. Dalam dunia bisnis, relasi yang luas merupakan salah satu kunci yang banyak dimiliki oleh para pebisnis sukses.
Demikian 6 ciri orang sukses yang saya maksud. Mungkin di antara teman-teman semua ada yang berniat untuk menambahkan. Bila iya, silakan menuliskannya di kolom komentar. Terima kasih, lho :-)

Artikel Pendidikan Karakter

Mengawali tulisan ini, patut kiranya kita memberikan “makna. lebih tentang tema besar yang diangkat pada acara Hari Pendidikan Nasional tahun 2010 yakni Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa . Karena Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi Nagara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.
. Dari mana asalmu tidak penting, Ukuran tubuhmu juga tidak penting, Ukuran Otakmu cukup penting, ukuran hatimu itulah yang sangat penting. karena otak (pikiran) dan kalbu hati yang paling kuat menggerak seseorang itu bertutur kata dan bertindak. Simak, telaah, dan renungkan dalam hati apakah telah memadai. wahana pembelajaran memberikan peluang bagi peserta didik untuk multi kecerdasan yang mampu mengembangkan sikap-sikap; kejujuran, integritas, komitmen, kedisipilinan, visioner, dan kemandirian.
Sejarah memberikan pelajaran yang amat berharga, betapa perbedaan, pertentangan, dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang mengantarkan kita ke gerbang kemerdekaan. Melalui perdebatan tersebut kita banyak belajar, bagaimana toleransi dan keterbukaan para Pendiri Republik ini dalam menerima pendapat, dan berbagai kritik saat itu. Melalui pertukaran pikiran itu kita juga bisa mencermati, betapa kuat keinginan para Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu di dalam satu identitas kebangsaan, sehingga perbedaan-perbedaan tidak menjadi persoalan bagi mereka.
Karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan landasan konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika merdeka dipilihnya bentuk negara kesatuan. Kedua peristiwa sejarah ini menunjukan suatu kebutuhan yang secara sosio-politis merefleksi keberadaan watak pluralisme tersebut. Kenyataan sejarah dan sosial budaya tersebut lebih diperkuat lagi melalui arti simbol “Bhineka Tunggal Ika pada lambang negara Indonesia.
Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal. Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial, dan budaya bangsa.
Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa , adalah kearifan dari keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan pada posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan keagamaan. pendidikan karakter bukanlah sekedar wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas untuk membangun keberadaban bangsa Indonesia. Pesan akhir tulisan ini, berikan layanan yang terbaik kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan sehingga terwujud masyarakat yang beradab  yang mengimplementasikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia…….. Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refreksi dari tekad kita sekali merdeka, tetap merdeka. (Muktiono Waspodo)